Rabu, Mei 30, 2007

Antara Jakarta Dan Sydney

"Aya, dah denger blom kalo Sutiyoso [Jakarta's Governor] digrebek dikamar hotelnya saat nginap disalah satu hotel berbintang diSydney?" Itu cerocosan temanku mas Agung dari Jakarta, saat kami bertelpon-telponan pagi ini. Aku yang sama sekali tidak tahu menahu berita, jadi heran setengah mati. Hah, penggerebekan?!.... kok bisa?![maksudnya kok bisa, aku yang Sydneysider keduluan ama orang Jakarta, hehehe...]
Karena penasaran akhirnya kuGoogle juga informasi tentang peristiwa ini dengan mengetikkan keywords "Sutiyoso sydney". Yup, Ketemu!!

Jadi kronologisnya begini, Sutiyoso yang didampingi istri beserta 6 pejabat dilingkungan Pemprov DKI Jakarta diundang oleh pemerintah New South Wales dalam rangka perbaikan hubungan antar kedua wilayah dan juga dalam rangka perencanaan fostering tata ruang Sydney untuk Jakarta utamanya dalam bidang ekonomi & transportasi. Kunjungan yang sedianya akan berlangsung dari tgl 27-30 May 2007, akhirnya dipersingkat menjadi hanya sampai tgl 29 May saja dikarenakan insiden yang menimpa beliau baru-baru ini.
Baru dua hari Sutiyoso diSydney, tanpa diduga-duga sore hari tgl.29 May, dua orang petugas polisi NSW masuk tanpa appointment ke ruang istirahat beliau sesaat sebelum pertemuan resmi dengan NSW Premier, Moris Iemma digelar. Kedua polisi ini menggunakan master key nyelonong begitu saja sembari langsung menyodorkan surat perintah pemanggilan Sutiyoso untuk mempertanggungjawabkan kasus Balibo lima yang terjadi tahun 1975 lampau. Buat anda yang belum tahu, peristiwa Balibo lima ini terjadi di Balibo, East Timor tanggal 16 Oktober 1975 dimana 5 reporter Australia [Peters, Greg Shackleton, Gary Cunningham, Tony Stewart dan Malcolm Rennie] terbunuh saat sedang menjalankan tugas reportase. Sutiyoso dituduh ikut terlibat dalam kematian kelima warga negara Australia tersebut, dengan memerintahkan tentara dibawah pimpinannya tuk menembak ke-5 orang journalis tersebut demi mencegah tereksposenya kondisi keamanan diEast Timor saat itu. Itu menurut versi dari Deputy NSW Dorelle Pinch yang dirangkum dalam The Daily Telegraph. Pinch menjelaskan bahwa menurut evidence yang ditemukan, Sutiyoso dituduh turut andil dalam "Team Susi" yang disinyalir bertanggungjawab atas kematian journalis2 tersebut. Sutiyoso yang saat itu merasa dirinya tidak sedang dalam kapasitas sebagai mantan petinggi militer dimasa pengamanan wilayah East Timor, tentu saja langsung menolak panggilan Pengadilan NSW tersebut. Beliau berargumen, bahwa walaupun dirinya tahun 1975 memang bertugas disana, tapi beliau tidak pernah memasuki wilayah Balibo apalagi sampai berkonspirasi tuk menawatkan riwayat kelima journalis australia tersebut. Karena merasa tidak bersalah, beliau menolak tuk menandatangani surat perintah pemnaggilan pengadilan tinggi NSW tsb dan malam itu juga terbang kembali ke Jakarta. Akibatnya pertemuan dengan NSW Premiere serta kunjungan ke kedubes RI di Canberra tidak terlaksana.

Sangat disayangkan, mengapa peristiwa ini bisa sampai terjadi. Padahal hukum tertinggi diAustralia jelas-jelas melindungi hak pejabat asing baik fisik maupun nonfisik dari segala bentuk perintah pengadilan terkait dengan masalah domestic. Tentu saja insiden ini berakibat kurang baik bagi hubungan kedua belah pihak. Sebagai konskuensinya pemerintah Australia diminta untuk bertanggung jawab dan mengajukan permohonan maaf secara resmi kepada gubernur Sutiyoso dan pemerintah Indonesia. Hal senada disampaikan oleh Ketua DPR Agung Laksono yang mengatakan tindakan tersebut mengganggu hubungan bilateral kedua negara. Selama ini Australia juga sering dianggap memandang sebelah mata dan tidak memperhitungkan Indonesia. Padahal sebagai tetangga, kedua negara harus saling menjaga hubungan baik. Agung menilai tepat bila pemerintah Indonesia mengajukan nota protes kepada Australia. "Australia harus meminta maaf secara terbuka kepada Indonesia," kata Agung. Beliau menegaskan, jika tidak diprotes secara keras, maka DPR akan melakukan protes dan kecamannya langsung kepada pemerintah Australia. Reaksi keras juga dilayangkan berbagai elemen dan organisasi masyarakat terkait dengan pelecehan yang terjadi pada gubernur DKI Jakarta ini. Pemerintah Australia melalui Dubes Australia untuk Indonesia yang ada diJakarta, pun sebenarnya sudah menunjukkan itikat baik untuk menyelesaikan masalah ini. Terbukti dengan digelarnya pertemuan antara Dubes Australia dengan Menteri Luar Negeri, Hasan Wirajuda, Rabu (30/5), dan rencananya akan dilanjutkan dengan pertemuan dengan Sutiyoso sendiri, dikutip dari berita Antara online.

Hanya sayang, ada satu hal yang Aya sayangkan......yaitu melihat berita di ABC Online dimana ormas pemuda melakukan protes dalam bentuk yel-yel "get out, get out Australia" dan sweeping terhadap warga negara Australia diJakarta. Kalo menurut Aya pribadi sih tindakan seperti itu bisa dikategorikan overreacted, tidak elegant dan menonjolkan emosional belaka. Tindakan seperti ini malah bisa saja akan menambah korban baru dari kedua belah pihak. Pertanyaan Aya nih, Apa mereka2 itu perduli jika puluhan ribu warga negara Indonesia yang ada diAustralia juga diperlakukan sama, disweeping dan dipaksa keluar dari Australia?! NO WAY!!!!
Helloooo....anda-anda yang melakukan sweeping, ATTENTION please!!!.......masalah tidak hanya akan selese dengan cara-cara emosional seperti itu. Perlu pemikiran mendalam serta kepala yang dingin tuk menyelesaikan perseteruan antar kedua belah pihak. Biar kita serahkan masalah ini kepada mereka-mereka yang berwenang tuk menyelesaikan, pasti akan ada jalan keluarnya jika kedua belah pihak memang masing2 berniat baik, insya Allah.
Once again buat para sweeper wannabe, dipikir-pikir lagi dulu kalo mo sweeping. Gak usah repot-repot ngambil alih tugas pak Polisi deh!!!!

4 komentar:

  1. kemarin juga ada dua orang Oz yang nyamperin ke rumah. Yang satu ketok-ketok pas aq lagi bobo sore. Untungnya dia gak punya kunci master :) :), terus kubuka pintu dan ternyata dia seorang bapak2 tua pake topi koboi. Dia menawarkan aq untuk menyumbang research for breast cancer dan orangnya sangat ceria, ya udah aq kasih beberapa dolar..
    Yang satu lagi pas lagi ngerjain assignment di kamar, ada yang gedor-gedor pintu belakang (padahal gak dikunci), eh gak taunya dari Opost :)
    ternyata mereka baek juga kok.
    Btw, yang overacting itu sapa ya di kasusnya Sutiyoso... aq bilang Sutiyoso-nya juga overacting, terlalu sombong, tapi keder juga kali ya...

    BalasHapus
  2. rasanya emang gak sopan banget ya kalo pejabat negara lain diperlakukan seperti itu. apalagi kan statusnya waktu itu sebagai tamu yg mendapat undangan resmi, bukan sebagai turis yg sekedar jalan2.

    ya namanya juga bertetangga, masalah bisa datang setiap saat. tinggal kitanya aja gimana nyelesaiin masalah2 itu dengan bijak.

    ttg tuntutan pemerintah RI agar Australia meminta maaf aku pikir itu sesuatu yg wajar. tapi yg lebih penting dari sekedar meminta maaf adalah bagaimana agar kejadian spt itu gak terulang lagi. demo sebagai ungkapan keberatan juga gak masalah menurutku, tentunya tanpa melibatkan yg namanya kekerasan dan anarkisme, apalagi pake acara sweeping2 segala, huh gak banget deh..

    btw baru tau kalo ternyata org Indo di Oz jumlahnya puluhan ribu. banyak juga ya. kirain tuh cuman ratusan. hm, tapi Aya baik2 aja kan?!

    BalasHapus
  3. Panjang beuneeuuur!!
    Pusiiing!!

    Ada cerita yang dah simplified ga?
    Alergi ma tulisan banyak neh huehuheue

    Huhuhu friendly 47%... benar kah?

    BalasHapus
  4. heh? nelpun agung??

    anyway, keterlaluan tu oknum pulisi sydney nya. untung pemerintah australia cepat minta maaf.

    tentang sweeping, iya mbok jangan main sweeping gitu. warga arab pernah disweeping sekali di daerah cronulla akhir 2005 lalu, jadi jangan main2... orang sini juga bisa lebih rasis.

    BalasHapus