Senin, Mei 28, 2007

Chasing the stars


Kalo ditanya tentang cita-cita waktu kecil dulu, "kamu mo jadi apa nak kalo udah gede?". Jangan dikira aku akan menjawab seperti umumnya anak2 kecil dalam iklan2 susu instan yang spontan mejawab:
"Aku mau jadi dokter"
"mau jadi polwan"
"tukang insinyur"
"jadi pilot"
"pengen jadi guru" atau
"jadi bintang pilem"
Hahaha, gak kepikiran sama sekali tuh. Yang ada dulu dalam benakku setiap kali ditanya mau jadi apa kalo sudah gede adalah "aya mau jadi pelling!!!!". Seperti halnya orangtua, guru-guru juga teman-temanku, mungkin anda juga akan bingung dan bertanya-tanya, "peling" itu sejenis profesi apaan ya?
Well, sebenarnya itu penyebutan dari aku sendiri. Ada cerita dibalik kata "pelling" ini. Untuk anda ketahui, walaupun berasal dari keturunan bugis asli tapi aku lahir dan dibesarkan disebuah kota kecil diPapua yang bernama Fakfak. Fakfak ini selain terkenal sebagai kota Pala, juga terkenal dikalangan turis domestik maupun mancanegara dengan habitat alamnya yang masih asli [burung cendrawasih masih banyak ditemukan dihutan2 fakfak yg belum dieksplorasi]. Tidak heran kalau sering ditemui turis-turis asing berkeliaran dijalan2 Fakfak hanya untuk menyaksikan keindahan alam kota ini. Sebagai anak kecil yang punya rasa penasaran tinggi, aku senang mengamati turis2 itu, lalu kadang dengan sok pedenya menyapa mereka dengan bahasa inggris yang [tentu saja] kacau bin amburadul. Senang saja rasanya jika dapat bercakap-cakap dengan mereka, yang memiliki ras yang berbeda, kulit yang berbeda dan bahasa yang asing tapi familiar ditelinga.
Walaupun saat itu aku belum pernah belajar bahasa inggris secara formal sama sekali, tapi aku terbiasa menyaksikan film2 barat diTVRI sejenis Bonanza, Santa Barbara [hehehe, gak ada tulisan Parental Guidance sih], Superboy dan paling favorite sekali adalah Little House on the Prairie. Karena saat itu sistem dubbing belum terlalu populer, maka otomatis bahasa yang digunakan oleh pelakon2 tersebut adalah pure english yang disertai dengan subtitle sebagai translatornya. Biasanya saat drama tersebut sedang berlangsung, jika ada kalimat yang menarik atau aku mengerti apa maknanya, secara spontan aku akan menirukan sambil menunjuk2 kearah adikku yang terbengong-bengong melihat tingkah anehku.
Heran juga sih, kok aku bisa hafal mati dialog-dialog mereka saat itu ya?!
Nah, dari sering menonton drama2 itu, aku jadi tahu beberapa kata dalam bahasa inggris, umpamanya saat berjumpa dengan bule "Hallo, mister!! How are you, where are you from, what are you doing here, nice to meet you, bye bye", dll kata standar yang biasa digunakan jika bertemu bule yang baru dikenal.
Turis-turis ini biasanya sangat senang jika mereka disapa dengan ramah seperti itu, lebih-lebih oleh seorang bocah perempuan berusia 6 tahun yang tersenyum malu2 dengan gigi ompong dibagian depannya [hmm, it's a picture of me... i guess, "sigh"].
Lalu setelah menjawab biasanya mereka akan bertanya balik siapa namaku, aku tinggal dimana dan memberikan kenang-kenangan entah berupa permen, cinderamata atau malah kadang duit seribuan, hahahaha.....bukan aku yang minta lho^_^
Oia, satu hal yang tertanam dibenakku, setiap kali kutanya "what are you doing here" umumnya sebagian besar dari mereka mengucapkan satu kata azimat "travelling" dan yang kemudian terekam dibenakku sebagai "pelling". Lama-lama kemudian aku mulai berkhayal bahwa pelling itu pasti menyenangkan, bisa kemana-mana, melihat dunia lain yang berbeda, bertemu orang-orang yang unik dan berpose diobjek2 menarik dengan senyum banana. Itulah kenapa setiap kali aku ditanya mau jadi apa, so pasti aku akan spontan menjawab "pelling".
Khayalan ini terus berkembang dan menjadi-jadi seiring mulai duduk dibangku sekolah dasar. Saat mulai mempunyai akses buku-buku perpustakaan, bacaan favoriteku selain manga jepang adalah ensiklopedia dan atlas dunia yang bergambar. Dari membaca-baca buku-buku serius itu ada dua negara yang selalu berputar-putar dalam benakku yaitu Jepang dan Australia. Jepang karena Sakura & Oshin, dan Australia karena kangguru, opera house dan salju. Bayangan favorite yang dulu selalu kumimpi-mimpikan ada dua, yang pertama berfoto dibawah pohon sakura putih mengenakan kimono dan yang kedua berpose dengan pakaian musim dingin didepan opera house dengan salju dilatar belakangnya[hehehehe....emang ada neng?!]. Bahkan klipingan tentang kedua negara ini rajin kutempel dikamar tidurku, supaya sering2 kulihat sebelum tidur. Dan sebelum tidur, setelah membaca doa sebelum tidur, pasti akan ditambah "Ya Allah, aya pengeeeen banget kesana, mo poto2 disana, trus potonya mo dikasih liat sama Bapak & Mama, biar mereka senang, boleh yaaa?!" doaku kemudian biasanya akan ditimpali oleh adikku dengan anggukan kata "boleh..boleh".
Lucu emang tapi doaku saat itu benar-benar serius, gak dibuat-buat. Mungkin ada yang akan nyeletuk, "hadow...nih anak parah banget, dari kecilnya emang udah suka ngayal tingkat tinggi", yup...aku akui, memang dari dulunya tipikalku adalah "day dreamer girl" yang senang berimajinasi dengan dunia uthopianya sendiri. Aku sadari itu karena orang2 disekelilingku sering berkomentar kalo impianku gak beres dan terlalu tinggi tuk dijangkau.
Tapi aku senang, oleh karena mimpi itulah yang membuat diriku termotivasi untuk mencari tahu sebanyak-banyaknya informasi tentang Jepang dan Australia. Mulai senang belajar bahasa inggris dari kamus dan akhirnya menjadi pelajaran favorit saat pertama kali berkenalan dengan subject ini dibangku sekolah menegah pertama.
Well...lika-liku yang harus dilalui emang panjang dan melelahkan, tapi jerih payah ini akhirnya membuahkan hasil. Finally, dari sekedar angan-angan akhirnya mimpi itu jadi kenyataan. Satu dari dua mimpi telah terwujud, sekarang aku bisa berdiri [tiap minggu malah 'lol'] didepan opera house dengan senyum banana [walau tanpa salju dibagian latar belakangnya]. Yup, senyum lebar tentunya, karena bisa berkunjung dan belajar dinegeri Kangguru secara gratis tanpa perlu mengerluarkan biaya sama sekali. Sepertinya Jepang tinggal menunggu giliran neh, insya Allah^_^ [Gambatte Aya-san!!!]

So, akhir kata siapapun anda atau apapun anda, jangan pernah takut tuk bercita-cita tinggi, apapun cita-cita itu, hold it & keep it tight, don't ever let it go, merely because many people say you can't make it. Whatever it is, just remember these words from Chris Gardner to his son when he was in a very hopeless situation, which was taken from The Pursuit of Happyness scene:
"You got a dream, you gotta protect it. People can't do something themselves, they wanna tell you that you can't do it. Don't ever let anybody tell you, you can't do something. Not even me.
If you want something? Go & get it!!"

9 komentar:

  1. Gambatte....Aya-san ^_^
    Alhamdulillah banget Ya...

    Terimakasih ya Allah...atas semua yang telah ENGKAU berikan....
    "Kun Fayakun...."
    Jika Allah berkehendak....ga ada yang ga mungkin...

    wish u all the best sist....^_^
    La Tahzan....

    BalasHapus
  2. Siiipp.
    Weh, ada yg mau ke Jepang nih? Saitama? tempat Sinchan? Hehehehe.

    BalasHapus
  3. Wah...kisah hidup aya yang bisa jadi inspirasi kita semua.

    Waktu kecil, ketika ditanya ingin jadi apa, jawabanku dulu pernah begini: "engineer". Ibu ku yang mengenalkan kata "engineer" ke aku dan memang ibuku sempat kerja jadi buruh nya engineer waktu itu ckckckck... di STC yg skrg jadi Alcatel Australia.

    Dan mirip dgn Aya, waktu kecil di Indonesia, ku juga punya keinginan kuat utk ke Sydney lagi. Lupa2 ingat, tapi rasa2nya pernah berdoa gitu? And here i am now, alhamdulillah... :-)

    BalasHapus
  4. kita hidup harus punya mimpi aya.. kl ga bukan hidup dunk.. masak hidup m stuck terus..

    so tetaplah bermimpi...

    BalasHapus
  5. Duh rupanya Aya pingin keluar negeri dari kecil ya.. aq juga punya "dream" nih, tapi bukan berpergian sih.
    Mudah2an mimpinya Aya bisa kesampaian.

    BalasHapus
  6. @Tari+Irfan: Iya ya, alhamdulillah banget karena kita dikasih privelege seperti ini oleh Allah, kadang seperti mimpi tapi riil^_^

    @Retrospectext: Hmm...boleh ditambah sih, tapi tujuan utamaku ke Hyogo dan Tadotsu. Mo ketemu sihang dan sensei shorinji kempo, hehehe...

    @Agung: betul gung, cita-cita dan mimpi adalah motor penggerak bagi diri kita tuk mencapai sesuatu. Sepanjang kita mau berikhtiar, insya allah pasti akan ada jalan menuju kesana^_^

    @sqvalkic: haduh mas anton, kukirain orang Rusia beneran, namanya aneh gitu.
    Hayoo...punya dream apa neh? bagi-bagi cerita dong, biar kita semua yg ada disini bisa bantu doa'^_^

    BalasHapus
  7. Mimpi terbesarku saat ini... menjadi anak yang berbakti pada ortu... dan mampu menjalankan ebadah dengan baik dan benar... (mungkin terlalu klise... tapi kata miss Aya... kita boleh punya cita-cita... sebesar dan semuluk apa pun itu...).

    BalasHapus
  8. wah, Aya bener2 hebat ya. mungkin aku gak bisa berprestasi sehebat Aya karena dari kecil kalo ditanya apa cita2ku jawabnya selalu standard : dokter, pilot, guru, dll.

    jadi ingat salah seorang kakak kelasku via email fs bilang gini, "bermimpi itu penting karena seorang pemimpi memiliki semangat dan kemauan hidup yg tinggi. mimpi memberikan kita sedikit (klo tidak banyak) harapan untuk tetap bertahan di kehidupan ini. tapi, yg lebih penting dari sekedar mimpi adalah upaya untuk mewujudkan mimpi2 itu biar gak cuman ada di kepala tok"

    setelah ini pengen ke Jepang lagi toh. terus balik ke Indo kapan?! ;)

    BalasHapus
  9. Hopefully your dreams come true dear!! ^_^ moral lesson yg bisa diambil dari tulisan aya kali ini yaitu impossible is nothing,rite? selama kita masih bernafas di dunia dan kita masih punya mimpi berjuanglah sebaik mungkin karena hidup itu adalah kesempatan yg diberikan olehNya, dan kita cuma punya kesempatan 1 kali..so isilah 1 kesempatan ini dengan sebaik mungkin!! Semoga kita bisa jadi orang2 yg bermanfaat untuk orang lain ^_^ amien...

    BalasHapus