Selasa, Mei 15, 2007

Sawatdee, Khun Sabai Dee Mai?

(Korban konflik antar agama diPattani, Sothern Thailand)

Itu salam hangat ala Thailand yang berarti Hallo, Apa kabar?!
Yup, dua hari yang lalu aya diberi kesempatan tuk bertemu delegasi dari Thailand. Bersama dengan 2 international students lainnya aya ditunjuk oleh UTS tuk menerima kedatangan 5 delegasi dari wilayah Pattani, Southern Thailand. Para delegasi ini terdiri dari researcher, guru besar Songkla University, politikus juga perwakilan pemerintah Thailand. Tujuan kunjungan mereka ke Australia ini adalah dalam rangka mempelajari bagaimana masyarakat muslim utamanya student, hidup membaur dalam keragaman yang tercipta dibelahan bumi bernama Australia juga berbagi tentang kondisi terakhir wilayah Pattani, Southern Thailand.

Seperti yang kita tahu pada umumnya, bahwa kondisi keamanan di daerah Pattani sangat rawan dengan kekerasan, pembunuhan, pembantaian, bom bunuh diri, penculikan, dll. Dalam tiga tahun terakhir ada dua kubu yang berseteru dengan sengitnya yaitu masyarakat muslim dan masyarakat Buddha yang telah menelan korban ribuan jiwa orang [jadi t'ingat kondisi di Poso dan Ambon]. Kedua kelompok ini saling berseteru dan bertikai tanpa ada kejelasan kapan bisa berekonsiliasi. Masing-masing hidup terpisah dan tidak pernah tuk mencoba berbaur. Kondisi disana saat ini bisa diumpamakan, jika anda seorang Buddhis jangan pernah coba-coba bertandang ke daerah muslim, kalo anda mo coba-coba kesana nyawa anda taruhannya, begitupun sebaliknya. Pihak pemerintah telah mencoba turun tangan, namun sayang konflik dalam tubuh pemerintahan Thailand juga sama amburadulnya (King & Queen masing2 memiliki kebijakan yang bertentangan), sehingga mereka hanya menambah berat beban masalah diPattani ini. Tanpa memikirkan kondisi psikologis masyarakat Pattani yang sudah berada dalam kondisi ketakutan, pemerintah malah memperbanyak jumlah tentara didaerah tersebut dengan alasan keamanan. Hasilnya, banyak sekolah terpaksa meliburkan murid-muridnya karena orang tua murid melarang anak2 mereka ke sekolah yang disinyalir dijaga oleh aparat keamanan yang [katanya] lebih condong pada salah satu kubu. Isu ini juga jadi menyeret-nyeret naman negara disekitar Thailand semisal Philiphina dan Indonesia. Berita teranyar yang Aya baca dari surat kabar harian "The Australian" edisi rabu 16 May, Senior Thai Police menuduh kelompok Jamaah Islamiyah [JI] dari Indonesia terlibat dalam pembunuhan seorang pendeta budha didaerah Pattani. Mereka juga menuduh JI khusus telah memberi training kepada muslim Pattani bagaimana cara memenggal kepala korban [what the h***], seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu diTimur Tengah dan dilakukan oleh seorang bocah berumur 12 tahun. Pfff....betapa rumitnya memahami jalan pikiran pemerintah Thailand, sekarang mo coba-coba cari kambing hitam rupanya. Sebenarnya banyak foto-foto yang yang ingin aya tunjukkan tentang kekerasan diPattani, tetapi karena sebagian besar mengerikan dan membuat nafsu makan berkurang, jadi hanya bisa aya tampilin satu aja diatas.

Oh ya, karena masalah ini agak sensitif, mungkin detailnya gak usah terlalu dibahas. Jika tertarik dengan masalah diSouthern Thailand Anda bisa mendengar hasil interview presenter ABC Geraldine Doogue dengan para delegasi ini yang rencananya akan disiarkan melalui radio ABC pada tajuk Saturday Extra setiap Sabtu 7.30am AEST. Oh ya, aya mo ngenalin siapa-siapa aja delegasi dari Thailand ini, mereka adalah:
  1. Assistant Professor Dr Worawit Baru, from Prince of Songkla University in Pattani and a member of the National Reconciliation Commission. He is a frequent commentator on events in the South, with a particular interest in language policy, politics, and government policy.
  2. Assistant Professor Arin Sa-idi, from Prince of Songkla University, Pattani Campus, and the founder of the Friends of Women group which helps victims of the southern violence
  3. Mr Waeyusoh Samaalee, a distinguished former public servant. He served in the Southern Border Provinces Administration Centre as a cultural officer. He has compiled a dictionary on Thai-local Malay terms, and he is involved in bilingual curriculum design which is being piloted in the South of Thailand. He is also involved in PUSAKA, an educational foundation that supports the educational activities of Tadika (informal schools for young Muslim children). He is also President of the Muslim Business Association of Pattani.
  4. Mr Tanate Adulyakij is Director of the Ministry of Culture, Pattani Office. He is the first Muslim director of the Provincial Ministry of Culture in Pattani.
  5. Mrs Suphacha Somsong is a cultural officer from the provincial office who is currently involved in data collection on Malay culture.

Para delegasi ini disponsori oleh the Australia-Thailand Institute, dan kunjungan mereka ini dikoordinasi oleh beberapa University semisal La Trobe University, the Thai National Studies Centre, ANU & the University of Technology, Sydney. Nantinya para delegasi ini juga memberi ceramah dan presentasi tentang ”The Crisis in Southern Thailand: Cultural Policy, Gender Issues and Reconciliation Prospects” di university2 tersebut diatas.

Dua hari berinteraksi bersama mereka cukup membuat Aya belajar banyak hal tentang dunia pendidikan, politik, social dan security. Aya juga jadi belajar tuk menghargai betapa beruntungnya hidup ditengah-tengah masyarakat majemuk yang saling menghargai perbedaan yang tercipta & telah dibawa oleh tiap-tiap individu. Semoga kedatangan mereka ke Australia ini bisa memberikan kontribusi baru demi terciptanya kondisi keamanan beragama di wilayah Pattani, Insya Allah. Kob Khun (Thai: Thank You)

11 komentar:

  1. wuih, di sana masih parah ya pertikaiannya?? sangat mengerikan... foto nya ngeri :(

    semoga perdamaian segera terwujud di sana.

    anyway, aya', hebat juga aya dkk sempat bertemu mereka.. mereka msh di sini tdk? aya juga masuk radio? duh tadi ga sempat dengerin radio, msh pulas...

    BalasHapus
  2. wah... TQ ya buat infonya.. Q malah ga baca terlalu sensitif dengan berita thailand tersebut.

    dan gak nyangka konfliknya sampai separah itu... aq bakalan coba cari berita tentang konflik tersebut ya..

    BalasHapus
  3. menyedihkan; begitu banyak daerah konflik di muka bumi ini; moro, pattani, poso, gaza, kashmir, iraq, lebanon.

    begitu banyak keuntungan dikeruk para pedagang senjata; pabrik dan oknum pemerintah tak berhati di belakangnya; yg sering menyebar info palsu agar nyala perang tak kunjung reda.

    kesadaran selalu datang terlambat.

    BalasHapus
  4. Hmmm... topik yang berat... tapi di mana-mana selalu yang jadi korban itu adalah wong cilik...

    BalasHapus
  5. wah, fotonya ngeri banget euy.. foto yg lainnya mana?! mengerikan gpp deh, ntar liatnya pas lagi gak makan aja biar gak berkurang nafsu makannya :)

    hm.. kapan ya konflik2 spt itu terhapus dari muka bumi ini?! wallahu a'lam. tapi pasti DIA punya skenario yg penuh hikmah di balik semua itu yg belum kita ketahui..
    kita berdoa ajalah semoga mereka yg berada di daerah konflik bisa kuat dan tabah.
    kita yg di luar daerah konflik gimana?! ya bantu sesuai kemampuan dan kapasitas kita aja. paling gak dengan lantunan doa.

    salut deh ma aya yg bisa bertemu dgn orang2 hebat spt mereka2 itu :)

    BalasHapus
  6. @Irfan: yah begitulah kira-kira kondisinya mas irfan, memiriskan hati melihat sodara-sodara kita umat muslim dibantai dengan sadisnya padahal saat itu mereka tengah menjalankan ibadah puasa ramadhan.

    @agung: Sama-sama mas agung, aku juga baru tahunya belakangan saat gak sengaja nemu arsip berita ttg thailand dismh.com.

    @Aroengbinang + bakhriansyah: Iya, dimana-mana akan selalu ada orang2 yang ingin mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan orang2 yang tak berdosa demi kepentingan pribadi mereka. Hanya Allahlah yang akan membalas perbuatan mereka dengan azab yang lebih berat berlipat2.

    @W@ahyu: Waduh, jangan lah Yu, ntar teman2 pada demo lagi kalo aku nampilin potongan kepala orang yang bagian belakangnya udah dikuliti (naudzubillah). Iya, wahyu betul, mungkin yang terbaik bagi kita saat ini adalah mengirimkan doa bagi mereka, mudah-mudahan konflik ini segera beakhir dan mereka bisa hidup tenang berdampingan dalam keragaman masyarakat majemuk, amien.
    Oia, negaraku tercinta Indonesia juga didoain deh^_^

    BalasHapus
  7. jadi teringat waktu disuruh berangkat ke Sampit oleh perusahaan tempat bekerja dulu. Disuruh kesana karena aq sesama orang Kalimantan :)
    Datangnya tepat beberapa bulan setelah konflik dayak-madura yang menelan korban beberapa ratus orang (versi pemerintah, tapi sebenarnya diperkirakan lebih dari 10.000 jiwa. Kata yang nganter sungai selebar 1/2 km bisa berwarna merah, dan kuburan massal yang disiapkan luasnya sekitar 3 ha (tebak, masa 300-an orang makamnya segini gede)..

    BalasHapus
  8. what a great time Ya....salut deh...^_^. Semoga kontribusi akhwat UTS bisa beri sinar terang u perdamaian di Pattani.AMIN

    Ingat jaman konflik Ambon,abis liat foto2 konflik di sana. Jadi ga bisa makan saking ngerinya. sampe ga makan ayam selama beberapa minggu lho.... Abisnya..isi perutnya sampe terburai gitu...
    Semoga perdamaian dunia bisa terwujud deh...AMIN...

    BalasHapus
  9. @Anton: Pffff...Pasti deg-degan ya mas anton ditugaskan didaerah konflik seperti itu...
    Betul, seringkali pemerintah memanipulasi data korban yang jatuh hanya karena mereka ingin menutupi ketidakmampuan mereka menangani konflik berdarah seperti yg terjadi dibeberapa daerah termasuk peristiwa pembantaian diSampit.

    @Tari: Amien, iya Tar, mudah-mudahan mereka disana diberi kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan berat ini.
    Hooh, akupun pas lihat video ambon dan poso itu, langsung puasa makan daging selama seminggu, kok bisa ya ada kelompok orang2 sekejam itu???? Sungguh tidak berperikemanusiaan!!

    BalasHapus
  10. loh masih terjadi genocide kayak gitu?hiii..ngeri ahh..jadi inegt ama film blood diamond...
    eh aya gak ikutan pemilihan duta asean dari dubes Indonesia?

    BalasHapus
  11. @manda: ya seperti itulah kenyataanya mas manda, sama seperti konflik beragama yg masih yang terjadi di negara kita juga, Indonesia.
    Duta Asean?! Hehehe, pengen sih ngedaftar kemaren, tapi udah overaged coz pas pemilihannya berlangsung aya genap 25 tahun.

    BalasHapus