Kamis, April 12, 2007

Karena Aku Berjilbab

Bareng Yvette Hanneman,
Tandem buddyku for Autumn semester from Netherland

Siang itu sehabis latihan TKD, aku sempatkan belanja ke Paddy's Market (Asian Traditional Market khas Sydney) yang berjarak sekitar 800 meter dari flatku. Seperti biasanya aku berbelanja kebutuhan groceries selama seminggu seperti beras, sayur, buah, ikan, telur, dll.

Setelah selesai belanja, saat lagi jongkok membenahi kantong belanjaan yang penuh di kiri kanan tanganku, tiba-tiba dari arah samping kiriku aku merasa ada orang yang berjalan perlahan menuju kearahku. Karena kupikir orang ini hanya kebetulan lewat didepanku, jadi tidak terlalu kuperhatikan. Namun tiba-tiba orang itu itu sekonyong-konyong menyapaku. "I love to see a young girl like you wearing that scarf", aku mendongak ...Hah, ku gak salah dengar nih, dia ngomong ke aku?. AKu lantas berdiri memperhatikan pemilik suara itu. Ow, that voice apparently came from an old lady yang berusia sekitar 70 tahunan yang berdiri didepanku sambil menggunakan walker (alat bantu jalan mandiri bagi lansia yang menggunakan roda dibagian depannya). Saat itu aku tidak langsung menjawab, tapi hanya tersenyum canggung. Old lady tadi lalu bertanya lagi "Do you have restriction on what sort of colour that you can wear for that (scarf)?) katanya sambil menunjuk jilbab biru yang kukenakan. Aku yang sudah agak nyadar langsung menjawab "No, there is no strict rule about the colour. You can wear any colour you like" kataku sambil tersenyum senang. "Really? katanya lagi. "You know what I really have high respect for young girl like you who decided to wear that, such a lovely outfit my dear"katanya sambil tersenyum dan berlalu didepanku. Aku yang sedari tadi masih terkaget2 dengan respon wanita tua tadi hanya bisa say thanks for the compliment sambil senyum2 sendiri sepanjang perjalanan pulang. Wah...senangnya kalau semua orang bisa berlaku semanis itu terhadapku.
Oia, kuingat juga pernah diberi sweet gratis disebuah toko arab, pas kutanya kenapa bisa gratis, jawab si kasir yang ternyata juga muslim "because you're wearing hijab, and that means you are my sister". Lagi-lagi aku cuma bisa berucap syukran sambil berlalu dengan senyum merekah diwajah.

Mengenakan jilbab dinegeri yang penduduknya mayoritas non muslim, kadang memang agak cukup mengkhawatirkan. Kenapa? karena kita takut mereka gak terbiasa melihat kita dengan outfit seperti ini, dan kita juga khawatir kita akan diperlakukan beda sebagaimana umumnya muslimah didiskriminasikan seperti dinegara2 non muslim. Perasaan seperti itu dulu sempat menghantuiku saat memutuskan berangkat study ke Australia setahun lalu, namun kutetap bertahan dengan keyakinan, sepanjang aku tidak menyakiti mereka kenapa aku takut mereka akan menyakiti aku?. Yup, ternyata kekhwatiranku tidak beralasan, setelah beberapa lama tinggal di Sydney, aku merasakan suasana disini cukup kondusif dan orang-orangnya cukup terbuka dengan diversity yang tercipta dari berbagai multiculture termasuk didalmnya pengunaan jilbab ditengah-tengah community. So far, aku aman2 aja tuh, lalu lalang kesana kemari mengenakan jilbab. Mungkin karena orang2 disini terbiasa cuek kali ye, dengan apapun yang dkenakan orang lain dan juga karena hak privacy individual sangat dijunjung tinggi.

Tidak kupungkiri kalau sekali dua kali aku pernah mendpat perlakuan tidak enak hanya gara2 aku berjilbab. Pernah sih diteriaki atau ditatap dengan pandangan bermusuhan oleh beberapa aussie citizens, tapi syukurnya itu terjadi bukan di Sydney city tapi di New Castle (2 hours by train from Sydney). Saat itu aku lagi travelling disekitar new castle city dengan beberapa teman yg juga berjilbab, nah saat lagi nunggu dihalte bus itu, tiba-tiba kami diteriaki oleh sekelompok pemuda-pemudi yang menggunakan dua mobil sedan. Mereka meneriakkan kata2 yang gak appropriate gitu sambil sengaja melambatkan laju mobilnya didepan kami. Aku dan teman2ku saat itu langsung pura2 cuek bebek tidak mendengarkan kata2 mereka. Sempat miris sih hati mendengarnya, syukurnya semua teman2 didnt take it personally. Kami cuma bisa tertawa aja, sambil ngomong "Ya, maklum New castle kan daerah kampung, jadi wajar aja citizen didaerah ini jarang ngeliat cewek berjilbab. Coba kalo mereka ke Sydney, hmmm....bisa monyong bibirnya kale, ngomentarin muslimah disana yang jumlahnya ribuan, hihihihi......". Hmmm....jadi ingat, gimana ya nasib teman2 muslimah yang kuliah diUni of new Castle (Adel, Mega), pasti telinga mereka udah kebal dengan ejekan2 seperti ini.

Tapi secara umum bisa kukatakan, lingkungan Sydney sangat kondusif tuk menerima perbedaan. Yang berencana pengen kuliah disini atau jadi PR (permanent Resident), gak perlu takut dan khawatir dengan penerimaan orang2 disini. Citizens maupun students local yang aku temui tiap hari, memang sering bertanya seputar jilbab dan islam, tapi mereka hanya sekedar penasaran kok bukan ingin menyakiti kita dengan mencari titik point lemah dibalik alasan berjilbab, so....don't worry, sydney termasuk aman kok.

9 komentar:

  1. pas main k circular quay, kita dapt diskon di toko merchandise khas aussie..karna kita "sister", kata pemiliknya, orang Arab :D

    btw.gaul ma oma2 opa2 emang asik..mereka lbh ramah n perhatian..

    BalasHapus
  2. Hehehe, oia Aya kan ada juga waktu itu nemenin Tari belanja di Cirqular Quay^_^.

    Tapi aku surprised banget lho dengan keramahan oma itu, gak nyangka aja Tar, terharu...

    BalasHapus
  3. Setuju Ya... aku juga cukup sering mendapat kemudahan karena menjadi seorang muslim (yang pasti aku tidak berjilbab... hahahaha). Aku sering banget diundang ke acara tidak resmi komunitas arab saudi di Sydney Uni... lumayan kan makan gratis... hahahahaa.
    terus saling mengingatkan hal-hal yang terkait dengan agama... pokoknya alhamdulillah banget lah...

    BalasHapus
  4. It's good that Sydney respects diversity. I also respect you because you seem to be really brave, and I think thats really cool.

    BalasHapus
  5. @Bakriansyah : Mas Bakhry berjilbab? hmmm...ntar coba aya bayangkan dulu, kayak apa jadinya ya, hihihihi....

    @Dino: Alhmdulillah mas Dino, Allah emang selalu ngejagain kita kalo niatnya lurus lillahi ta'ala. Btw, gimana penerimaan local people terhadap muslimah diUSA, particularly di state mas Dino berada?

    BalasHapus
  6. bisa dibayangin pasti kadang2 berat juga jadi 'orang asing' di negeri orang. bukan hanya asing karena berasal dari negara berbeda tapi juga asing karena penampilan dan -terpenting- aqidah yg berbeda.
    Allah pasti memilih mbak (or kak?!) aya karena Dia yakin mbak aya bisa dan mampu menjalaninya..
    ayo.. tetap istiqomah ya :)

    BalasHapus
  7. Hahaha....just call me Aya.
    Yup, emang benar yang kamu bilang wahyu, kadang emang bikin down kalo mo dipikirin, tapi no worries, pengalaman seperti itu malah bikin aku dan teman2ku menjadi lebih brave dan strong^_^

    BalasHapus
  8. ga selamanya dunk.. prilaku orang luar gituh..dari info beberapa temn yang pernah keluar negeri, banyak juga bule yang ramah2, baek lagi. BTW tak kirain yang poto bareng lo umurnya 70-an -he-

    BalasHapus
  9. Iya, aku kan bilang gak semua gung, banyak kok yang ramah. Namun emang diOz ada beberapa tempat yg agak "sulit" tuk dimasuki coz issue racist masih kental banget. Kalo diNew South Wales tempatku, New Castle adalah tempat dimana "awareness" kita harus cukup tinggi, penduduk lokal sini blm terbiasa ngeliat muslimah berjilbab.

    BalasHapus