Selasa, Januari 01, 2008

Reverse Culture Shocked

Ckckckck...akhirnya kualami juga shocked yg menjadi momok mengkhawatirkan bagi tiap-tiap mahasiwa Indonesia yg pernah merasakan tinggal dan kuliah diLuar Negeri.

Jumat, 28 Desember 2007 adalah hari terakhirku diSydney. Menjelang detik-detik kepulangan kembali ketanah air, hatiku emang sudah dag-dig-dug....menerka-nerka shocked sepeprti apa yang nantinya bakal aku temui begitu tiba diIndonesia, tanah air tercinta

Shocked pertama: OVERBAGASI. Yup.....barang bagsiku melebihi batas maksimum yang diperbolehkan Qantas QF41. Normalnya aku hanya diperbolehkan membawa 25Kg barang bagasi, tapi timbang punya timbang, barang yang ada dalam bagasiku ternyata adalah 36.7 Kg. So, konsekuensinya aku harus membayar 11 Kg extra yang mana tiap Kgnya aku diganjar sebesar AU$27/Kg. Mamiiiiiiiii...kok mahal banget siyyyy....Kata bapak petugas dicounter Qantas, normalnya aku hanya membayar AU$24/Kg (Sydney-Jakarta), tapi karena aku penumpang transfer (maksudnya setiba diJakarta aku lanjut lagi dengan pesawat Garuda menuju Makassar), so ditambah lagi AU$3 dari pihak Garuda untuk tiap Kg extrabagasi jadilah tiap Kgnya adalah AU$27. Total 11 Kg x AU$27 = ........tolong dihitungin ya, gak tega nyantumin nilainya disini,hikshiks

Shocked kedua: PANAS...GERAH...SUMPEK! Itu kesan pertama begitu aku mejejakkan kaki dibandara Cengkareng. Gila....udara jakarta gerah banget, padahal saat aku tiba itu, langit lagi disirami oleh hujan deras yang mengguyur kota jakarta. Kata pilot Qantas sebelum mendarat, saat itu temperature udara kota Jakarta in general adalah 32oC, ada selisih 7oc dengan Sydney karena pada saat berangkat suhu disydney adalah 25oC. Jadi kerasa banget perbedaanya (Pfhiuuuu......kipas-kipas...)

Shocked Ketiga: DUH....KOK GAK JELAS SIIIY!! Dalam pikiranku, semua bandara dimana aja tuh sama, penanda yang mengarahkan penumpang kesana-kemari biasanya jelas. Sebagai penumpang transit dalam pikiranku, begitu tiba, yang harus pertama kali aku cari adalah board yang bertuliskan transit atau transfer atau apalah yang memudahkan penumpang melapor kepada staff yang akan mengarahkan menuju pesawat berikutnya. Nyatanya dibandara Cengkareng yang bertaraf Internasional itu, signnya membingungkan. Ada desk bertuliskan transfer, tapi gak ada satupun staff yg duduk disana atau berdiri disekitar situ. Pas aku tanya staff yg kebetulan melintas, jawabnya....."gak tau ya....tunggu aja, paling bentar lagi muncul". Helllooo....dipikirnya aku gak terburu-buru apa?! Waktu transitku cuman dua jam!!! masih banyak prosedur yang harus kulalui sepeprti imigrasi, nyari gate menuju domestic departure, chek-in diGaruda, boarding ,dll...Ih petugasnya kemana aja sih?! Sebeeeeeeel....Akhirnya setelah menunggu 15 menit petugasnya gak muncul2 serta adanya pertimbangan waktu yang sangat singkat, desk itu kutinggalin.

Shocked Ketiga: ADA UDANG DIBALIK BATU!!!! Setelah kebingungan sendiri bertanya kesana-kemari dimana gate meuju Domestic Departure, akhirnya aku nemu juga gate F4 yang membawaku tuk chek in ke Garuda Airlines GIA 650. Saat kebingungan sepeprti itu, aku didekati oleh seorang petugas yang tampaknya baik hati dan bersedia menolong. Barang bagasiku dibawain kedepan counter garuda dengan terlebih dahulu diwrapped dengan pita plastik kuning milik garuda. Orang ini menjelaskan apa-apa saja yang harus kulakukan dan dimana bisa menukar duit dollar ke rupiah. Awalnya dia nawarin diri, dia aja yg pergi menukarkan duit dollarku sembari aku nunggu didepan counter Garuda, tapi karena aku juga bukan orang yang mudah percaya pada org yang baru kukenal, so tawaran baiknya aku tolak. Berikutnya, dia ngeliat kalo aku gagal mencoba menggunakan nomer Optusku (salah satu Operator cellular phone diAustralia) tuk menghubungi teman-teman, dia nawarin nomer simpati yang dimilikinya. Harganya katanya cuman Rp.50 Ribu udah dengan pulsa Rp.50 ribu didalamnya. So karena butuh banget tuk menghubungi teman2 yg janjian ketemu disaat transit itu, tawarannya aku terima. Begitu duit 50 ribu itu aku angsurkan, orang yang menolong itu tadi langsung ngomong dengan santainya, "Mbak tambah dengan uang rokoknya dong 10 Ribu....". Aku langsung tersadar.....Oooh..ini toh imbalan tuk kebaikan hati palsu diawal-awal tadi. Karena dah capek dan lagi males arguing, duit Rp.60 ribu berpindah tangan ke kantong orang tadi. Masalahnya rupanya belum usai, saat paket kartu SIMcard simpati yg dijual tadi kubuka, ternyata dalamnya itu direkatkan dengan selotip, menandakan kartu itu sudah digunakan sebelumnya oleh orang lain. Saat kucek isi pulsa yang ada didalmnya, tau gak sisa berapa?! Sisa pulsa yang ada dalm kartu itu adalah Rp.5 ribu, Grrrrrrr...sialan..aku dibohongi (again)!!! Welll...wel...welll....selamat Aya, kali ini Anda beruntung ditipu mentah-mentah oleh bangsa sendiri dijam pertama tiba ditanah air tercinta, kacian deuw!!

Shocked keEmpat: Menjelang subuh 29 Desember 2007 (1am) pesawat GIA 650 mendarat diBandara Hasanuddin Makassar. Sambil menunggu jemputan teman datang, aku berdiri diterminal arrivalnya Bandara yang baru dipugar ini. Tau-tau aku sudah dikelilingi oleh sopir-sopir taksi yang berebutan menawarkan jasanya kepadaku. Karena memang akan dijemput, maka tawaran mereka aku tolak dengan tegas. Aku jawab "NO, thanks....aku ada jemputan sendiri kok". Tapi tau gak apa kata salah satu drivernya "Alah...sombongna nih cewek, bilang saja kalo ndak bisa bayar taksi, pake balas bahasa inggris segala" Aku yang mendengar saat itu, langsung mendidih diubun2, tapi karena ingat karakter orang2 makassar pinggiran emang kadang2 kasar kayak gitu, aku pura-pura aja gak dengar padahal kalo bisa, ingin kutonjok muka orang yg ngomong itu. Karena gak pengen lagi ditanya-tamya, aku nunjukin muka jutek gak pengen diganggu. Untungnya teman yang ngejemput gak lama kemudian muncul dan mengantarku meninggalkan bandara makassar.

Shocked Kelima: HANYA ADA DIINDONESIA. Besoknya, oleh teman tempat aku menginap selama menunggu keberangkatan kePapua, aku diajak jalan2 keliling2 kota Maros (bersebelahan dengan kota Makassar). Saat aku jalan2 itu, aku tertegun penumpang mobil gak disediakan seat belt, aku tanya pada temanku, jawabnya..."welcome back to Indonesia,Ya, hehehe"....(Oia, temanku ini dulunya juga Ausaid student yg kul diUNSW). Pemandangan berikutnya, teenager naek motor dengan dua temannya gak pake helmet, trus motor2 menyalip mobil sesuka hatinya, pete-pete (angkot) menyalip dari lajur kanan lalu berjenti tanpa nyalain lampu karena melihat penumpang diruas kiri jalan, terus pejalan kaki yang meyebrang jalan tiba-tiba padahal gak ada tanda penyebrangan. Itu semua membuat mulutku protes dan gak henti-hentinya bertanya-tanya "Kok bisa sih begini...kok bisa sih begitu". Kata temanku yang mendengar, "......Ya' ini memang wajar, saya juga dulu begitu, kalo kita pikir, nanti jadi frustasi, jadi gak usah dipikirin, dibawa santai aja. nanti juga terbiasa"

Yah, emang benar ini normal terjadi pada siapa aja yg posisinya sama denganku. Cuman waktu adaptasinya aja yang berbeda-beda, ada yg lama, ada juga yang bisa cepat. Mudah-mudahan sih aku bisa melaluinya dengan cepat, capek deh, tiap hari marah2 ngeliat ketidakdisiplinan orang2 disini. Hiks....jadi kangen Sydney

5 komentar:

  1. aya..miss u so!!
    da lulus ya?
    congras!!! ^_^ i'm happy for you
    selamat datang di indonesia tercinta lagi..hehehe

    da lama ga contact2an yaah!!

    BalasHapus
  2. waduuh aya... cerita ini yg dr kemarin penasaran pngen aku denger. Ternyata gak jauh beda ama komen teman2 lain. Welcome back to the real life in Indonesia.. hhhh harus nyiapin mental dr sekarang nih kayaknya :(

    BalasHapus
  3. selamat datang kembali di Indonesia Ya..
    mungkin karena aku belum pernah tinggal di luar jadi aku sudah sangat terbiasa dan menganggap biasa hal2 spt itu..

    sulit percaya sama orang baru? hehe.. tinggal di sini memang mengajarkan kita utk jangan mudah percaya sama orang yg baru dikenal :(

    BalasHapus
  4. hehehe...
    sama ya... meski tidak separah aya..

    panas.... PASTI
    macet.... HARUS..

    untung aku ga pakai ditipu..

    Welcome to reality :)

    BalasHapus
  5. Hahahaha emang begitu Mba perilakunya makanya di Jakarta ada komunitas Jakarta Butuh Revolusi Budaya, nyebarin pesan untuk hidup dengan budaya positif...
    bis diliat di www.jakartabutuhrevolusibudaya.com

    BalasHapus