Sabtu, Juni 13, 2009

BT BT aaaargh.....

Waiting for uncertainty is terribly killing me
(
pic taken from here)

Sepertinya lirik lagu Dewiq & Indra Bekti dalam judul postingan ini mewakili hati, jiwa dan perasaanku pagi ini. Betapa tidak, setelah hampir menunggu sekitar 2 jam lebih, tidak ada satupun orang dari 25 org yang saya kirimi sms datang ke acara English Meeting Komunitas Dosen Muda Unhas. Duduk disana sendirian seperti orang yang tidak ada kerjaan dihari Sabtu pagi sejak jam 9.30 - 12.00 WITA, dikelilingi mahasiswa yg bergerombol dengan groupnya masing-masing. Sungguh merupakan pengalaman yg sangat tidak menyenangkan untuk dialami oleh siapapun.

Kegiatan ini sebenarnya adalah kegiatan rutin teman-teman dosen muda unhas yang tergabung dari berbagai fakultas yang ada diUNHAS. Mereka yg ingin meningkatkan kemampuan bahasa inggrisnya dipersilahkan datang setiap hari Sabtu dipelataran gedung IPTEKS . Dulu awal peluncuran perdana kegiatan ini, pesertanya bisa sampai berjumlah sekitar 15-an orang. Namun mungkin seiring dengan banyaknya kesibukan sebagai dosen muda ditiap-tiap fakultas, maka pesertanya mulai berkurang satu persatu. Yang totally aktif hanya bisa dihitung jari, ada sekitar 5-6 orang yg memang notabene adalah pemburu beasiswa atau paling tidak pernah sekolah diluar negeri. Selebihnya hanya sekedar penggembira, yang datang gak papa, gak datang juga gak papa **pfiuh*


Ok lah, kalo untuk kesibukan masing-masing, saya cukup mahfum dan sadar. Namun yang saya sering sesalkan adalah sikap membiarkan org lain menunggu tanpa ada pemberitahuan atau konfirmasi sebelumnya. Jujur saya sering kesal dengan kondisi ini. Saya bukan tipe org yg selalu on time dengan waktu, tidak...........kadang-kadang pun saya terlambat jika ada janji. Namun, jika saya terlambat atau tidak jadi datang ke suatu tempat, biasanya saya akan confirm sebelumnya, entah via telpon ataupun sms kalo lagi bokek. Saya tidak pernah membiarkan org lain menunggu saya dalm ketidakpastian, karena sayapun tidak ingin diperlakukan seperti itu.

Satu hal lagi yang saya perhatikan cukup mengganggu yang berhubungan dengan penggunaan waktu teman-teman diIndonesia, yaitu kebiasaan jam karet. Jika ada acara yg bertuliskan Waktu: 9.30 WITA, maka jangan harap mereka akan datang jam segitu. Never expect it would happen here mates! Paling tidak sejam sesudah itu baru mereka akan nongol. Atau paling tidak jam 9.30 WITA itu artinya baru meninggalkan rumah menuju tempat pertemuan **cape deh!**. Kalo rumahnya deket sih gak papa. tapi kalo rumahnya jauh, 20 kiloan? Gimana? belum lagi macetnya, belum lagi bensinnya abis, belum lagi harus nganter ini itu, dan bla bla bla...(terserah mo ditambahin apalagi excusenya).

Berbeda dgn teman-teman ataupun orang-orang didunia barat sana. Meskipun budaya mereka sering kali kita klaim adalah budaya yang kurang pantas diterapkan dinegara kita, tapi untuk urusan waktu mereka saya acungin jempol pol pol. Time is Money, Time is an oppurtinity, Time is The Key, pokoknya waktu seseorang disana adalah sangat berharga!!! Gak ada cerita kita bisa bermain-main dengan waktu org lain karena harus menunggu kita datang lelet. Saya jadi ingat sebuah cerita nyata yang terjadi pada diri saya ketika masih berada diSydney dulu.

Saat itu saya sedang menjalani semester 2 dan saya ingin berkonsultasi ttg tugas paper S2 saya yang agak sedikit membingungkan. Nah, kebetulan dosen research saya itu ada diKampus Kuringgai, yang jaraknya sekitar 30 menit by shuttle bus dari Kampus Sydney City tempat saya tinggal. Saat itu saya janji ketemu beliau jam 1.30 siang. Tapi karena busnya agak sedikit terlambat tiba dikampus Kuringgai, maka jadilah saya tiba sekitar jam 1.50 PM. Dengan buru-buru saya menghambur menuju ruangan beliau, sambil mempersiapkan penjelasan yang sebaik-baiknya agar beliau mengerti. Bukannya ungkapan pengertian ataukah segelas air minum yg saya dapatkan, melainkan omelan dari sekretaris beliau dan sepucuk memo dari dosen saya itu yang isinya kalo gak salah seperti dibawah ini:

"Aya, i understand that you are from Indonesia where time appointment is not as strict as here. But maybe you need to consider that i am not from your country. You need to respect what my own value is. For me time is very important, 5 minutes late means 5 minutes chance or more you have wasted. If you think you are not able to come on time, give me a call or confirm using any communication tools you have before hand, at least.

I maybe unavailable to meet you until next two weeks since i have to attend an international conference in New York. If you read this memo, means i already heading off the airport. Dianne (my assistance) will make arrangement for you to meet me by next two weeks. Please make sure that this would not happen anymore in the future."


Regards,

Robin

Terdiam. malu dan benar-benar menyesal setelah membaca memo itu. Rasa-rasanya saya tidak tahu mo ditaruh dimana muka ini mendapat teguran seperti itu. Sepertinya Robin (dosen saya ini senang dipanggil dengan nama depannya saja), sudah hafal bahwa kalau membuat janji dengan mahasiswa asia, utamnya Indonesia jangan harap mereka akan datang tepat waktu. dan harus diberi pelajaran, agar next time tidak terjadi lagi.

So, that's the story, kenapa sejak saat itu saya sangat strict soal waktu ketika berjanji tuk bertemu dengan seseorang. Saya berharap bagi siapapun yg membaca ini, paling tidak terbuka pikirannya bahwa menunggu dalam ketidak pastian adalah hal yang amat sangat membosankan bagi siapapun. banyak waktu terbuang begitu juga dengan kesempatan bahkan hubungan saling percaya yang sudah terbina bisa rusak gara-gara hal seperti ini. Mudah-mudahan kedepan-kedepannya gak lagi ada kejadian seperti ini, baik untuk saya pribadi, anda ataupun orang-orang disekeliling anda. fingers crossed!!

3 komentar:

  1. Memang, menunggu itu adalah hal yg membosankan, untung kalo yg ditunggu itu hal yg pasti2 aja.. tapi kalo kyk kasusnya Ns. Aya..Aduh...ampun deh. Saya pun sering mengalami hal seperti itu, betul2 pengalaman yang tidak menyenangkan, dan saya setuju dgn Ns. Aya, kalo memang telat ato gak bisa datang, ya confirm dong. sekarang kan sudah modern, da ada HP juga.

    BalasHapus
  2. yap se jg setuju,menunggu adalah hal yg sangat sangat sangat.......melelahkan menyebalkan,pokokx semua deh prasaan yg g banget.....apa lagi klo kasusx seperti itu,,,,egkh..tuhannnnn ampun deh.

    BalasHapus
  3. yakk!!
    stuju banget ners..
    Menunggu adalah sesuatu yang sangat amat membosankan, apalagi menunggu sesuatu yang tidak pasti..

    nah, hal itu terkadang.. tidak, sering.. sering saya alami, tepatnya di Prodi Keperawatan..
    yahh, dosennya yang ngaret abis (kcuali Ners Aya, yah soalnya saya sdh hapal benar dosen2 keperawatan yang hobi ngaret)..

    rata2 dosen kperawatan hobi ngaret dan hobi rombak jadwal yang sudah diatur dengan rapih oleh pihak akademik..
    berharap stelah rombak jdwal, si dosen setidaknya bisa on timelah, eh yang ada kbykan mreka ngaret (malah ada yang akhirnya tidak datang, stelah mahasiswa menunggu slama berjam-jam!

    malah swaktu semester 1 ada dosen yang janji mo ngasih final jam 8, dan coba ners tebak jam brpa finalnya mulai..


    *jeng!! jeng!! jam 13.30!!
    yah, byk alasanlah yang si dosen itu lontarkan (salah satu alasn yang sy ingat, ktnya soal2 finalnya blm di copy!)
    heyy,ngopi bahan ujian butuh wktu brapa tahun dan serumit apa sih??
    yahh, TIDAK ADA SEPATAH KATA MAAF yang si dosen ucapkan kpada kami, haha.. *soooo funny..
    well, ini hanya skedar sharing ma Ners Aya..
    smoga akan terus menghargai waktu..
    dan mahasiswa juga akan menghargai dosennya..
    kemajuan Prodi kita juga turut ditentukan dengan profesionalisme dosen2nya..

    good luck, Ners Aya..
    (maaf, commentnya kepanjangan :D)


    *misssunshine

    BalasHapus