Senin, Maret 10, 2008

Mengapa Bukan Aku Yg Jadi Pengantin Melayumu?

Lembar demi lembar, halaman dari buku biografi Andrie Wongso; Sang Pembelajar (2007) yang ditulis sendiri oleh sang istri Lenny Wongso saya baca dan cerna. Hari itu bertepatan dengan hari Raya Nyepi. Hari dimana umat Hindu diIndonesia pada umumnya sedang merayakan hari dimana tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yg berhubungan dengan aktivitas duniawi. Hari dimana setiap umat Hindu melakukan introspeksi diri akan segala yg telah diperbuat selama ini, juga ternyata merupakan hari dimana saya menemukan kembali diri saya setelah semalam sebelumnya berada pada titik lemah dan sempat mempertanyakan eksistensi diri saya dihadirkan dimuka bumi ini.

Sebabnya dimulai saat tanpa sengaja saya membuka salah satu situs social network di dunia maya, FS. Disana saya melihat ada perkembangan baru dari mantan saya. Rupanya mantan saya itu baru sekitar seminggu yang lalu melangsungkan pernikahan dengan teman kuliahnya yang juga sama-sama berprofesi sebagai dokter. Mereka melangsungkan pernikahannya diKuala Lumpur. Ya..mantan saya itu memang warga negara Malaysia dan istrinya juga adalah warga Malaysia. Kedua-duanya dulu pernah kuliah dikota dimana saya dulu mengambil S1.

Jujur saya masih punya perasaan yang dalam pada mantan saya ini yang membuat saya menutup pintu hati buat pria lain yg ingin kenal lebih dekat dengan saya. Terakhir kami berkomunikasi saat saya masih berada dinegeri Kangguru untuk melanjutkan pendidikan S2. Saat itu kontak antara kami berdua tetap jalan walau status hubungan kami hanya sebatas sahabat biasa.

Singkat cerita, saya shocked karena tidak tahu menahu soal pernikahan mereka. Saya merasa kecewa, karena sebelumnya saya masih berangan-angan, suatu hari kelak saya yang akan menjadi pengantin melayunya, sepeprti katanya dulu. Namun, pada kenyataannya lain yang terjadi. Dia menikah dengan teman kuliahnya, yang juga saya kenal meskipun tidak terlalu dekat. Walau ada perasaan kecewa dan sakit yang mendera, saya tetap mengucapkan syabas (selamat) tuk pernikahan mereka berdua serta memanjatkan doa agar mereka menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Setelah mengucapkan selamat via FS, saat itu saya langsung down, pikiran saya kosong dan sempat tidak konsentrasi kerja. Saya memang sedang berada dikantor, tempat dimana saya melakukan aktivitas sehari-hari sebagai seorang pendidik disalah perguruan ternama diIndonesia Timur. Hari itu serasa panjang saya lalui. Tiba dirumah pun saya langsung mengurung diri. Padahal biasanya saya akan bercengkrama dulu dengan teman-teman kost lain sembari menanyakan apa saja yg mereka lakukan hari ini atau pengalaman unik apakah yg mereka temui hari ini. Tapi kali ini tidak.....saya langsung ngeloyor ke kamar dan langsung berbaring diranjang sambil menatap langit-langit kamar. Mengingat-ingat lagi memori saat saya bertemu pertama kali ditempat KKN profesi kesehatan (Kuliah Kerja Nyata bagi mahasiswa kesehatan, gabungan dari kedokteran, keperawatan, farmasi, kesehatan masyarakat kesehatan semester terakhir).

Selama proses berfikir itu, perasaan kecewa dan terpuruk lebih mendominasi. Untungnya mekanisme koping saya masih bagus, saya gak berfikir macem2 yang bisa membahayakan diri saya. Hanya saja pada saat seperti itu saya membutuhkan seseorang untuk berbagi. Saya tahu gak sehat menyimpan masalah ini sendiri, saya harus membagi perasaan saya keteman-teman dekat saya. Saya sedang tidak bisa memotivasi diri saya, maka saya membutuhkan orang2 disekeliling saya sebagai motivator. Saya punya beberapa orang sahabat pria maupun wanita yang biasa menjadi tempat curhat-curhatan, maka mulailah saya mendial nomer mereka. 2 Nomer pertama sahabat wanita saya tidak ada jawaban, maka saya pun mengirim sms ke teman pria yang satu dan menelfon sahabat pria satunya. Tidak ada balasan dari sahabat pria yang saya kirimi SMS, entahlah mungkin sedang sibuk atau lagi gak ada pulsa.

Untunglah sahabat pria satunya yang saya telfon menjawab panggilan saya. Pada sahabat saya ini (sebut saja inisialnya D) saya menyampaikan kesedihan yang saya rasakan. D ini memang sudah saya anggap lebih dari sahabat biasa bahkan sudah seperti figur kakak laki-laki yang tidak saya punyai. Walaupun kami terpisah jarak, karena D tinggal dipulau lain, tapi kontak antara kami berdua cukup intens melalui sarana komunikasi mobile baik itu email maupun seluler.

Hampir setengah jam saya ngobrol dengan D, banyak masukan, kata-kata penghibur serta fakta-fakta tentang diri saya yang tidak saya sadari (atau buta?) selama ini saya miliki dan cukup membuat saya terperangah. Menurut D, sosok dan karakter yang saya miliki kadang membuat cowok berfikir dua kali untuk mendekati saya, sebab mereka akan menjadi minder dengan sendirinya begitu megetahui apa dan bagimana saya. Menurut istilah D, saya ”overqualified” (OD) untuk dijadikan pacar ataupun pasangan, maka menurutnya hanya cowok yang sepadanlah yang bakal berani mendekati saya. Saya tersentak! Really?

Antara sadar dan tidak sadar, saya bertanya dalam hati. Kok saya nggak pernah berfikir tentang itu? Selama ini saya menganggap kualitas apapun yang ada dalam diri saya adalah sesuatu yang normal dan biasa-biasa saja. Adapun karakter fisik, gelar keagamaan atau titel pendidikan yang melekat pada diri saya, itu adalah karunia yang diberikan Allah dan juga berkat usaha sendiri dan doa dari orang tua saya. Saya nggak pernah ingin pamer atau menjadi sombong hanya karena embel-embel itu, saya pun tidak pernah memilah-milah teman ataupun siapa saja yg ingin berteman, apalagi dekat dengan saya. Puas menelpon D, perasaan saya kemudian menjadi lebih plong walau masih ada perasaan seperti ribuan kupu-kupu berterbangan didalam perut saya.

Malam itu, setelah mengambil wudhu dan sholat isya, saya berdoa kepada Allah SWT. Di dalam doa sebagaimana doa-doa yang biasa saya panjatkan, saya minta diberi petunjuk dan kesabaran menghadapi ini semua. Karena ada kegundahan pada diri saya mengingat sebentar lagi usia saya beranjak 26 tahun, saya meminta jawaban (hahaha....desperado banget ya kelihatannya?!) mengapa sampai saat ini saya masih belum bisa menyempurnakan separuh dien seperti yang disunnahkan Rasulullah SAW, yaitu berumah tangga. Padahal teman-teman kuliah saya, sebagian besar sudah menikah, bahkan ada yang sudah memiliki putra dan putri yang lucu-lucu. Puas menumpahkan uneg-uneg saya lewat doa, setelah itu saya pun kemudian jatuh terlelap.

Keesokan paginya saya bangun seperti biasa dan melakukan rutinitas pagi seperti hari-hari sebelumnya, tapi kali ini tidak perlu harus kekampus, karena libur perayaan Nyepi. Setelah berolahraga, mencuci pakaian dan beres-beres dikamar. Saya duduk bercengkrama dengan teman kost yang baru saja bangun. Kebetulan saat itu teman saya sedang mendengarkan siaran radio Smart FM yang programnya adalah berisi kalimat-kalimat motivasi dari sang motivator no. 1 Indonesia, Andrie Wongso.

Sudah sejak lama saya mengagumi pribadi orang-orang besar dan sukses yang bisa menginspirasi orang lain dengan semngat dan motivasi yang mereka miliki, selain Gde Prama, Aa Gym, Dale Carniage, Rhonda Byrne, Andrea Hirata dan Andrie Wongso. Nama terakhir ini adalah salah satu yang sering saya dengar petuah-petuahnya diradio. Tiba-tiba salah satu teman kost saya bilang, kalau seminggu sebelumnya dia sempat mengikuti seminar motivasi oleh Andrie Wongso ini disalah satu hotel ternama diJakarta. Dia bahkan memiliki buku biografi Andrie Wongso yang sudah dibubuhi tanda tangan sang motivator hebar ini. Karena tertarik, saya pun lantas meminjamnya dan langsung membacanya sampai habis saat itu juga.

Halaman demi halaman saya baca, benar-benar seperti mata saya seakan tidak mau beranjak dari memelototi tulisan pada buku tersebut. Padahal nih, biasanya saya membutuhkan waktu at least 3 hari untuk menamatkan buku setebal 226 halaman seperti itu. Kali ini saya hanya butuh waktu 3 jam saja, hingga akhirnya saya mengkhatamkan buku penuh makna tersebut. Dari tulisan kisah nyata Andrie Wongso itu, rasa haru juga kagum menyeruak tidak ada habisnya. Walau sosok Andrie Wongso in absentia di depan saya, tapi saya bisa rasakan semangat, motivasi, konsistensi, perjuangan hidup, ketegasan hadir didepan mata saya. Selain itu banyak hikmah juga pesan hidup yang bisa saya pelajari hanya dapat dalam kurun 3 jam itu.

Dua pesan motivasi yang masih terekam kuat dibenak saya adalah:

”Memang dikehidupan ini tidak ada yang pasti, tetapi kita harus berani memastikan dan memperjuangkan apa-apa yang pantas kita raih! Karena sesungguhnya cita-cita yang tinggi tidak menjamin seseorang meraih kesuksesan, tetapi orang yang sukses pasti mempunyai cita-cita yang tinggi”

Sedang satunya lagi:

”Yang dikatakan ulet bukan sekedar sabar, pasif, apatis, pasrah dan bertahan, akan tetapi ulet adalah semangat yang didalamnya mengandung tekad, dan sikap antusias, gigih, kukuh, tegar, proaktif dan pantang menyerah”

Dengan saya sadari, serta merta semangat saya kembali berkobar dan dengan hormon adrenalin yang juga tiba-tiba meningkat kadarnya, tangan saya mulai mencari-cari pena. Menemukan sebuah solusi dan juga jawaban untuk pertanyaan yang berseliweran tak menentu semalam. Didalam otak saya, bisa saya rasakan loncatan2 neuron yang mengirimkan impuls motorik ke tangan saya untuk mulai menulis rencana kedepan dan juga mimpi-mimpi saya yang sempat terkubur. Saya bisa rasakan luapan energi mengalir dari tiap-tiap goresan diatas kertas putih tempat saya mengukir semua impian saya dan harapan masa depan. Kini saya mengerti dan saya tahu, maksud dari semua peristiwa yang menimpa saya. Ada jawaban yang Allah kirimkan melalui kata-kata Andrie Wongso, ada hikmah dibalik kegagalan itu semua........bahwa kita tidak boleh terpuruk dengan perasaan tidak bedaya karena kekecewaan ataupun kegagalan atas rencana yang sudah kita buat, masih banyak hal lain yang patut kita syukuri dan mesti kita lakukan agak rasa syukur itu tidak hanya bisa kita nikmati sendiri. Andrie Wongso saja yang pendidikannya hanya SDTT (Sekolah Dasar Tidak Tamat) dan berasal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu bisa melakukan banyak hal bagi ratusan ribu orang yang terbantu dengan motivasinya, apalagi saya...yang punya sederet kualitas dan kualifikasi pendidikan diatas beliau. C’mon girl....tidak ada gunanya bermuram durja, kerahkan segenap pikiran juga uluran tanganmu untuk menolong orang lain yang membutuhkan. Karena Allah pasti punya misi khusus untuk tiap hamba-Nya termasuk dirimu, maka karena itulah kamu diciptakan ke muka bumi ini honey!

Makassar, 7 Maret 2008.

2 komentar:

  1. Itulah hidup, pada level manapun selalu ada tantangannya. Terus terang sejak tukeran link dan membaca postingan blog ini, saya pun dapat merasakan OQ dari mba Aya.

    Saya doa'kan semoga apa yang diidam-idamkan dalam hidup ini di wujudkan oleh Allah SWT. Amiin

    BalasHapus
  2. Yang sabar dear. suatu saat pasti akan ada pengganti yang lebih baik dari dia, Insya Allah.

    BalasHapus